Rabu, 22 April 2015

bersepedahan ceria

Setelah membaca beberapa blog orang lain tentang indah nya bersepeda ke berbagai tempat dan tujuan akhirnya saya tersugesti untuk melakukan hal yang sama untuk berkelana dengan si domi sang sepeda kesayangan. so kalau orang lain bisa kenapa saya enggak? awalnya cuma itu faktor pendorong semangatnya.
mulai deh beberapa hari kepikiran mau sepedahan kemana nih? area wilayah jakarta kah? agak melipir ke kota sebelahkah? sendiri kah? ngajak sejoli kah?(ga punya:( )? teman seperjuangan? mereka sempat sangat hobi bersepeda saat booming B2W di ibukota tapi sekarang mereka biasanya lebih senang mencoba hal hal kekinian di ibu kota. yowes fix sendiri!!
kemana ya? hampir semua point of view tenar di ibukota sudah di sambangi. agak kurang greget kalau cuma di seputaran kota. tapi mau gowes jauh pun belum punya bekal berupa dengkul nan kokoh dan berwibawa. tapi kepengen banget gowes ketempat yang punya view oke. sekalian buat refresh jiwa dan raga juga.
beberapa hari mikirin wara wiri di internet, buka lagi blog para cyclists warrior yang gagah berani gowes puluhan bahkan ratusan kilometer. tapi saya harus sadar diri saya masih newbie. perlu banyak latihan dan pengalaman untuk mengikuti jejak mereka.
Akhirnya saya putuskan untuk memulai ketempat yang asyik buat gowes tanpa harus gowes puluhan km. tapi saya harus rela berkorban panggul pamggul sepeda ke lokasi transit.
Akhirnya pilihan jatuh ke area puncak pass.. sepertinya worth it juga buat di sambangi dengan sepeda.
mau mulai darimana gowes nya? dari rumah? hmmmmmph.. jaraknya 72 km pp berarti 144 km.. saya seperti nya belum sanggup. oke dari bogor saja.. angkut sepeda ke bogornya? mulai deh cari tau via internet.
dan ternyata saya baru tau kalau tas untuk sepeda mtb itu di produksi massal, brand lokal pula. harga relatif murah dibanding brand import. melalui sebuah aplikasi jual beli akhirnya saya mendapatkan  1 buah bike bag carrier buat traveling gendong sepeda.
ternyata masih ada kendala yang tidak saya duga. bike bag tersebut harus melepas kedua wheel set dan pedal.. huuuufffft.. okelah saya coba kebengkel sepeda langganan untuk minta latihan gratis copot pasang wheel set sepeda sekaligus setting rd dan fd. dan akhirnya persiapan dianggap selesai.
kata para cyclist warrior persiapan itu perlu tapi tidak perlu terlalu detail karena bisa mengurangi kaidah dan makna petualangan.. ok deh saya siap mengarungi petualangan keluar kota pertama saya dengan sepeda.
malam sebelum keberangkatan tidur lebih cepat. berharap selesai subuh sudah siap berangkat. tapi apa daya baru bisa tidur jam 10 malam dan terbangun pukul 02.00 pagi.. mungkin terlalu semangat. ga bisa tidur lagi setelahnya. kembali baca baca blog para cyclist untuk bahan resume sekaligus suplemen penambah semangat. dan tibalah adzan subuh.
Pukul 04.45 start gowes dari rumah ke arah stasiun tebet. kata ibu saya, sekarang commuter line ga bisa lagi bawa barang semau nya. tapi yasudahlah saya coba dulu karena commuter line adalah akomodasi termurah dan tercepat untuk ke bogor. gowes santai 7 km ke stasiun tebet.

Pukul 05.20 tiba di stasiun tebet. sambil tanya tanya dan liat spot untuk bongkar wheel set plus sarapan. dan akhirnya sepeda sudah ready di bike bag.. lumayan berat rupanya. sebelum beli tiket tanya dulu ke polsuska apa sepeda di bolehkan naik ke commuter line dengan sesopan mungkin karena di area tiketing sangat jelas ketentuan bagasi untuk calon penumpang. Beberapa petugas polsuska agak ragu mengabulkan permohonan saya untuk dapat menggunakan commuter line. Akhirnya saya di tawarkan berbicara langsung dengan manajemen pukul 09.00 nanti. itu terlalu siang buat saya. saya harus mencari alternatif lain. dan ini saya anggap bagian dari perjuangan mencapai sebuah tujuan.. hehehehe.
sambil cari cari alternatif saya berusaha pasang wajah tegar dan mohon pamit ke petugas commuterline yang sedari tadi menemani keputus asaan ssaya menanti jawaban di stasiun tebet.
okeh yang penting keluar dulu dari stasiun ini.
baru beberapa langkah keluar stasiun tukang ojek berebut menawarkan jasa tapi melihat gembolan saya mereka seperti nya tau diri. pilihannya tinggal dua. pulang atau melanjutkan rencana dengan naik bus di terminal kp. rambutan. saya memutuskan untuk melanjutkan. mau gowes atau naik taksi? taksi ajalah. lokasi tebet sudah crowded sulit cari spot buat pasangf wheel lagi. saat sedang menanti taksi yang tak kunjung tiba. tiba tiba ada tukang ojek yang memberanikan diri untuk mengantar. serius nih bang? ayo bisa itu mah. kata tukang ojek. saya ragu dan berat banget mangku si domi diatas ojek. tapi ya sudahlah naik taksi di lalu lintas jakarta pagi hari sama aja masuk ke hutan belantara. apalagi tukang ojek mengiming imingi 15 menit sampai tujuan. dan memang on time!! tapi ya itu tukang ojek mantan pembalap mungkin. beberapa kali nyaris nyenggol pengendara lain. dan terakhir di sekitaran UKI si domi mentok ke Vellfire karena berusaha menghindari mobil BBM pertamina. untung si supir ga mempermasalahkan.. hati hati lah bang. mobil mahal itu. huhuhuhu.
nyampe lah di terminal UKI ga jadi ke kp rambutannya
naek apa ya? tanya tanya ke pemilik warung katanya ada APTB jurusan ke bogor. boleh bawa sepeda pak? boleh aja dek yang penting bayar. okelah ga masalah.
07.30 terminal bayangan UKI naik APTB
akhirnya bisa duduk juga meskipun kurang nyaman karena harus memstikan si domi tidak menghalangi penumpang yang lainnya.
08.30 Terminal Gadog
saya baru sadar ternyata  bus APTB yang saya naiki jurusan Ciawi bukan ke Bogor kota. Alhamdulillah ga perlu gowes dari Bogor kota ( masih jiwa plesir bukan bikepacker). huffffttt mau loading sepeda dimana di kawasan crowded macem di gadog ini. akhir nya saya menemukan sebuah spot di area parkiran sebuah masjid terbesar di sebrang pintu tol ciawi. dan dengan sedikit ramah tamah dengan pemilik kedai minuman di area parkir masjid akhirnya saya diperbolehkan merakit sepeda di samping kedai nya. sekaligus menitipkan bike bag. taraaaa.. si domi siap gowes nanjak ke rindu alam.
09.00 Start dari Gadog
tadinya berharap cuaca kawasan puncak sejuk dan bersahabat. nyatanya panas terik plus macet.
tak mengapalah yang penting gowes saja.
gowes menanjak dengan cuaca terik dan macet memang memiliki tantangan tersendiri, awal nya itu tak menjadi masalah besar saat kondisi fisik dan psikis masih prima. tapi perlahan tanjakan yang seperti tak berujung ini  membuat dengkul mendapat cobaan luar biasa berat. semangat pun mulai menurun. waktu tempuh pun terasa menjadi semakin menyiksa jiwa dan raga.. Hehehehe..
Semua nya masih terasa indah saat tiba disekitaran cisarua.. Dan eng ing eeeeng.. Tanjakan nan jahanam terpampang di depan mata. Sedikit demi sedikit pedal dikayuh melewati setiap inci tanjakan dan akhirnya sampai pada titik dimana dengkul tak lagi merespon sinyal dari otak. Hoaaaaahhh.. Aku tak sanggup lagi menerima tanjakan ini ( nyanyian dalam hati ).
Istirahat sebentar gowes pun cuma sanggup sebentar sebentar. Mungkin ini yang di istilahkan 'bonk'. Satu kondisi dimana tubuh sudah sedemikian lelahnya.
Tapi target sampai ke rindu alam tetap terpatri didalam hati bagaimanapun caranya.. Bagaimana kah caranya? Gowes tak lagi sanggup. TTB pun tak kuasa lagi untuk berdiri saja gemeteran. Opsi nya hanya tinggal menyewa jasa angkot. Okelah cari angkot yang sekiranya mau mengangkut diriku dan sepeda ke atas.
12.00 sekitaran mega mendung cisarua
Akhirnya dapet juga angkot yg mau ke atas. Awal nya supir minta 50 ribu. Tawar menawar harga dengan bahasa sunda akhirnya deal 30 ribu. Dan lets go ngangkoters.
13.00 attawun
Ga jadi ke rindu alam karena harus solat dulu. Takutnya nanti setelah istirahat jadi males untuk solat. Sedikit mengisi amunisi di warung langganan. Tempat biasa makan soto mie kalau sedang berkunjung ke puncak. Lalu dilanjutkan solat dzuhur dan leyeh leyeh. Niat untuk ke rindu alam atau ke bukit paralayang seketika sirna sudah setelah males malesan di halaman masjid. Huuuh. Tanggung lah solat isya. (Alibi sebagai pembelaan betapa malas nya menyelesaikan target rindu alam).
16.00 attawun-gadog
Betapa kontras nya perjalanan berangkat. Saat perjalanan berangkat tadi Pengen cepet2 nyampe aja. Tapi perjalanan pulang ini ga pengen buru buru. Emejing sekali perjalanan pulang nya. Seakan akan inilah hikmah dibalik tanjakan. Selalu ada turunan setelahnya.. Perkebunan teh yang saat berangkat hanya bisa dinikmati dari balik kaca jendela angkot sekarang bisa dinikmati dari atas sadel sepeda. Angin yang sepoi sepoi. Matahari yang bersinar cerah menyinari hamparan bukit dan kebun teh. Rasa nya bikin hidup sehidup hidup nya ( lebbuaaaii ). Kadang berhenti sejenak dipinggir jalan untuk sedikit menikmati suasana sambil mendokumentasikan si domi agar bisa menjadi bukti kongkrit gowes kali ini. 
16.45 tiba di gadog
Kembali menyambangi warung minuman tempat menitipkan bike bag sembari packing lagi si domi dan istirahat menunggu datangnya waktu magrib.
18.30 terminal ciawi
Panggul lagi bike bag nya yang kali ini terasa lebih berat karena badan sudah lemah letih lesu dan letoy. Ternyata di APTB dikenakan biaya bagasi padahal bis ini tidak punya bagasi dan bike bag ditaruh di lantai bus. Tak apalah asal cepar sampai jakarta saja
20.00 tiba di UKI
Pasang lagi wheelset dan pedal domi siap meluncur pulang ke rumah tercinta.. 
Sekian perjalanan pertama saya dengan sepeda. Selalu ada cerita dibalik setiap perjalanan. Saya hanya berusaha menuangkan nya menjadi sebuah bahasa. Ini hanya bentuk apresiasi pribadi atas sebuah pencapaian pribadi. Saya akan terus menulis pengalaman bersepeda yang lainnya. Semoga kedepannya kemampuan menulis saya lebih baik lagi.


.